Senin, 10 Januari 2011

Teori Motivasi dalam Manajemen SDM

Pengertian Motivasi
Salah satu aspek memanfaatkan pegawai ialah pemberian motivasi (daya perangsang) kepada pegawai, dengan istilah populer sekarang pemberian kegairahan bekerja kepada pegawai. Telah dibatasi bahwa memanfaatkan pegawai yang memberi manfaat kepada perusahaan. Ini juga berarti bahwa setiap pegawai yang memberi kemungkinan bermanfaat ke dalam perusahaan, diusahakan oleh pimimpin agar kemungkinan itu menjadi kenyataan. Usaha untuk merealisasi kemungkinan tersebut ialah dengan jalan memberikan motivasi. Motivasi ini dimaksudkan untuk memberikan daya perangsang kepada pegawai yang bersangkutan agar pegawai tersebut bekerja dengan segala daya dan upayanya (Manulang , 2002).

Menurut The Liang Gie Cs. (Matutina dkk ,1993) bahwa pekerjaan yang dialakukan oleh seseorang manajer dalam memberikan inspirasi, semangat, dan dorongan kepada orang lain (pegawai) untuk mengambil tindakan-tindakan. Pemberian dorongan ini dimaksudkan untuk mengingatkan orang-orang atau pegawai agar mereka bersemangat dan dapat mencapai hasil sebagaimana dikehendaki dari orang tersebut. Oleh karena itu seorang manajer dituntut pengenalan atau pemahaman akan sifat dan karateristik pegawainya, suatu kebutuhan yang dilandasi oleh motiv dengan penguasaan manajer terhadap perilaku dan tindakan yang dibatasi oleh motiv, maka manajer dapat mempengaruhi bawahannya untuk bertindak sesuai dengan keinginan organisasi.
Menurut Martoyo (2000) motivasi pada dasarnya adalah proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan yang kita inginkan. Dengan kata lain adalah dorongan dari luar terhadap seseorang agar mau melaksanakan sesuatu. Dengan dorongan (driving force) disini dimaksudkan desakan yang alami untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan hidup, dan kecendrungan untuk mempertahankan hidup. Kunci yang terpenting untuk itu tak lain adalah pengertian yang mendalam tentang manusia.
Motivasi berasal dari motive atau dengan prakata bahasa latinnya, yaitu movere, yang berarti “mengerahkan”. Seperti yang dikatakan Liang Gie dalam bukunya Martoyo (2000) motive atau dorongan adalah suatu dorongan yang menjadi pangkal seseorang melakukan sesuatu atau bekerja. Seseorang yang sangat termotivasi, yaitu orang yang melaksanakan upaya substansial, guna menunjang tujuan-tujuan produksi kesatuan kerjanya, dan organisasi dimana ia bekerja. Seseorang yang tidak termotivasi, hanya memberikan upaya minimum dalam hal bekerja. Konsep motivasi, merupakan sebuah konsep penting studi tentang kinerja individual. Dengan demikian motivasi atau motivation berarti pemberian motiv, penimbulan motiv atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan. Dapat juga dikatakan bahwa motivation adalah faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu (Martoyo , 2000).
Manusia dalam aktivitas kebiasaannya memiliki semangat untuk mengerjakan sesuatu asalkan dapat menghasilkan sesuatu yang dianggap oleh dirinya memiliki suatu nilai yang sangat berharga, yang tujuannya jelas pasti untuk melangsungkan kehidupannya, rasa tentram, rasa aman dan sebagainya.
Menurut Martoyo (2000) motivasi kinerja adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat kerja. Menurut Gitosudarmo dan Mulyono (1999) motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan atau kegiatan tertentu, oleh karena itu motivasi sering kali diartikan pula sebagai faktor pendorong perilaku seseorang. Setiap tindakan yang dilakukan oleh seorang manusia pasti memiliki sesuatu faktor yang mendorong perbuatan tersebut. Motivasi atau dorongan untuk bekerja ini sangat penting bagi tinggi rendahnya produktivitas perusahaan. Tanpa adanya motivasi dari para karyawan atau pekerja untuk bekerja sama bagi kepentingan perusahaan maka tujuan yang telah ditetapkan tidak akan tercapai. Sebaliknya apabila terdapat motivasi yang besar dari para karyawan maka hal tersebut merupakan suatu jaminan atas keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Motivasi atau dorongan kepada karyawan untuk bersedia bekerja bersama demi tercapainya tujuan bersama ini terdapat dua macam, yaitu:
a. Motivasi finansial, yaitu dorongan yang dilakukan dengan memberikan imbalan finansial kepada karyawan. Imbalan tersebut sering disebut insentif.
b. Motivasi nonfinansial, yaitu dorongan yang diwujudkan tidak dalam bentuk finansial/ uang, akan tetapi berupa hal-hal seperti pujian, penghargaan, pendekatan manusia dan lain sebagainya (Gitosudarmo dan Mulyono , 1999).
Menurut George R. dan Leslie W. (dalam bukunya Matutina. dkk , 1993) mengatakan bahwa motivasi adalah “……getting a person to exert a high degree of effort ….” yang artinya motivasi membuat seseorang bekerja lebih berprestasi. Sedang Ravianto (1986) dalam bukunya ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kinerja, yaitu atasan, rekan, sarana fisik, kebijaksanaan dan peraturan, imbalan jasa uang, jenis pekerjaan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan (action atau activities) dan memberikan kekuatan yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidak seimbangan. Ada definisi yang menyatakan bahwa motivasi berhubungan dengan :
  1. Pengaruh perilaku.
  2. Kekuatan reaksi (maksudnya upaya kerja), setelah seseorang karyawan telah memutuskan arah tindakan-tindakan.
  3. Persistensi perilaku, atau berapa lama orang yang bersangkutan melanjutkan pelaksanaan perilaku dengan cara tertentu. (Campell , 1970).

Kualitas SDM yang Dibutuhkan Saat Ini

Di era yang sudah semakin maju ini, atau biasa disebut dengan Era Globalisasi, Sumber Daya Manusia ( SDM ) harus lebih ditingkatkan kualitasnya agar dapat bersaing dengan yang lainnya. Semakin berkualitas SDM suatu daerah maka akan semakin maju daerah tersebut. Maka dari itu, pengembangan Sumber Daya Manusia guna mendapatkan SDM yang bekualitas dan mempunyai daya saing merupakan hal yang harus diperhatikan oleh suatu daerah.


Pengembangan kualitas SDM di setiap daerah haruslah dilakukan sejak dini. Tidaklah mudah memang karena membutuhkan tenaga dan biaya yang tidak seberapa. Apalagi harus ada kesadaran masing - masing pribadi untuk membuat diri mereka menjadi seorang pribadi yang berkualitas.


Sumber Daya Manusia yang berkualitas adalah semua pribadi manusia yang memiliki bakat, kreativitas, potensi, tenaga, imajinasi, kemampuan untuk memajukan diri, tangguh dan ulet, mandiri, terampil, memiliki tanggung jawab, berorientasi ke masa depan, disipilin, berbudi, mampu bekerjasama dan pantang menyerah.Kualitas SDM yang seperti itulah yang dibutuhkan oleh setiap daerah agar dapat membangun daerahnya masing - masing menjadi lebih maju. Setiap daerah yang telah maju akan membuat negara tersebut juga menjadi maju.


Masuknya berbagai kebudayaan asing merupakan salah satu faktor yang harus diwaspadai dalam pengembangan SDM yang berkualitas. Generasi muda yang merupakan salah satu sumber pengembangan SDM harus bisa selektif dalam memilih kebudayaan asing tersebut, mengambil hal - hal yang positif dan meninggalkan yang negatif sehingga dapat membuat SDM yang lebih variatif dan inovatif.


Pengembangan SDM yang berkualitas, bukannya tanpa hambatan. Banyak hambatan yang harus dihadapi untuk membangun SDM yang berkualitas tersebut. Belum siapnya setiap daerah untuk memanfaatkan peluang dan memenangkan persaingan yang ada merupakan masalah utama dan harus segera diselesaikan. Dan lagi di era globalisasi saat ini, dimana perkembangan teknologi sudah semakin maju, masih banyak SDM di setiap daerah di Indonesia yang belum mengenal teknologi yang ada. Sehingga pembangunan SDM berkualitas yang berorientasi teknologi merupakan hal yang harus dipikirkan untuk sekarang ini dan masa depan nantinya.

Pemerintah sebagai instansi yang mengatur segala sesuatu tentang penghidupan masyarakat, hendaknya lebih memperhatikan bagaimana mengembangkan manusia yang berkualitas dari dini, daripada sesuatu yang berbau instan. Salah satu caranya adalah dengan pengembangan pendidikan. Seperti yang kita ketahui, pendidikan di Indonesia belumlah maju seperti pendidikan negara - negara lainnya. Hal ini dikarenakan karena masih banyaknya sekolah - sekolah yang ada belum memiliki sarana dan prasarana yang memadai. Terlebih lagi bagi sekolah yang ada di luar Jakarta. Jangankan untuk pendidikan yang berorientasi teknologi, pendidikan tradisional pun masih sangat sulit didapatkan anak - anak yang bersekolah di daerah. Padahal jika pemerintah mau saja sedikit berusaha untuk memajukan pendidikan yang ada di daerah, maka bukan mustahil jika Indonesia akan lebih maju, karena banyak sekali anak - anak yang bersekolah di daerah yang memiliki potensi dan akan menjadi SDM yang bekualitas untuk negeri ini.


http://www.ginandjar.com/public/01MembangunSDM.pdf
http://high-aims.blogspot.com/2008/02/membangun-sdm-berkualitas.html